Penjelasan Hukum - Hukum berpuasa [fathul qorib]
Hukum - hukum berpuasa by: Fathul Qorib |
HUKUM-HUKUM BERPUASA
by: Fathul Qorib
[كتاب احكم الصيام]
وهو والصوم مصدران معناهما لغة الإمساك
Lafadz shiyam dan shauma adalah dua bentuk kalimat masdar, yang secara bahasa keduanya bermakna menahan.
وشرعاً إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قابل للصوم من مسلم عاقل طاهر من حيض ونفاس
Dan secara syara’ adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa disertai niat tertentu sepanjang siang hari yang bisa menerima ibadah puasa dari orang muslim yang berakal dan suci dari haidl dan nifas.
Syarat Wajib Puasa
وشرائط وجوب الصيام ثلاثة أشياء] وفي بعض]
النسخ أربعة أشياء
Syarat-syarat wajib berpuasa ada tiga perkara. Dalam sebagian redaksi ada empat perkara.النسخ أربعة أشياء
[الإسلام والبلوغ والعقل والقدرة على الصوم]
Yaitu Islam, baligh, berakal dan mampu berpuasa.
وهذا هو الساقط على نسخة الثلاثة
Dan ini (mampu berpuasa) tidak tercantumdi dalam redaksi yang mengatakan syaratnya ada tiga perkara.
فلا يجب الصوم على المتصف بأضداد ذلك
Maka puasa tidak wajib bagi orang yang memiliki sifat yang sebaliknya.
Fardlu - Fardlu Puasa
[وفرائض الصوم أربعة أشياء]
أحدها [النية] بالقلب، فإن كان الصوم فرضاً كرمضان أو نذراً، فلا بد من إيقاع النية ليلاً
1. niat di dalam hati.
Jika puasa yang dikerjakan adalah fardlu seperti Romadlon atau puasa nadzar, maka harus melakukan niat di malam hari.
ويجب التعيين في صوم الفرض كرمضان
Dan wajib menentukan puasa yang dilakukan di dalam puasa fardlu seperti puasa Romadlon.
وأكمل نية صومه أن يقول الشخص نويت صوم غد عن أداء فرض رمضان هذه السنة لله تعالى
Niat puasa Romadlon yang paling sempurna adalah seseorang mengatakan,“saya niat melakukan puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon tahun ini karena Allah Ta’ala.”
و] الثاني [الإمساك عن الأكل والشرب] وإن قل المأكول والمشروب عند التعمد
2. menahan dari makan dan minum walaupun perkara yang dimakan dan yang diminum hanya sedikit, hal ini ketika ada unsur kesengajaan.
فإن أكل ناسياً أو جاهلاً لم يفطر إن كان قريب عهد بالإسلام، أو نشأ بعيداً عن العلماء وإلا أفطر
Jika seorang yang berpuasa melakukan makan dalam keadaan lupa atau tidak mengetahui hukumnya, maka puasanya tidak batal jika ia adalah orang yang baru masuk Islam atau hidup jauh dari ulama’. Jika tidak demikian, maka puasanya batal
و] الثالث [الجماع] عامدا]
3. menahan dari melakukan jima’ dengan sengaja.
وأما الجماع ناسياً فكالأكل ناسياً
Adapun melakukan jima’ dalam keadaan lupa, maka hukumnya sama seperti makan dalam keadaan lupa.
و] الرابع [تعمد القيء] فلو غلبه القيء لم يبطل صومه
4. menahan dari muntahdengan sengaja. Jika ia terpaksa muntah, maka puasanya tidak batal.
Hal - Hal Yang Membatalkan Puasa
[والذي يفطر به الصائم عشرة أشياء]
Hal-hal yang membuat orang berpuasa menjadi batal ada sepuluh perkara.
أحدها وثانيها [ما وصل عمداً إلى الجوف] المنفتح [أو] غير المنفتح كالوصول من مأمومة إلى [الرأس
1. - 2. sesuatu yang masuk dengan sengaja ke dalam lubang badan yang terbuka atau tidak terbuka seperti masuk ke dalam kepala dari luka yang tembus ke otak.
والمراد إمساك الصائم عن وصول عين إلى ما يسمى جوفاً
Yang dikehendaki adalah seseorang yang berpuasa harus mencegah masuknya sesuatu ke bagian badan yang dinamakan jauf (lubang).
[و] الثالث [الحقنة في أحد السبيلين]
3. al huqnah (menyuntik) di bagian salah satu dariqubul dan dubur.
وهي دواء يحقن به المريض في قبل أو دبر المعبر
عنهما في المتن بالسبيلين
Huqnah adalah obat yang disuntikkan ke badan orang yang sakit melaluiqubul atau dubur yang diungkapkan di dalammatan dengan bahasa “sabilaini (dua jalan)”.
الرابع [القيء عمداً] فإن لم يتعمد لم يبطل صومه كما سبق
4. muntah dengan sengaja. Jika tidak sengaja, maka puasanya tidak batal seperti yang telah dijelaskan.
و] الخامس [الوطء عامداً] في الفرج]
5. wathi’ dengan sengaja di bagian farji.
فلا يفطر الصائم بالجماع ناسياً كما سبق
Maka puasa seseorang tidak batal sebab melakukan jima’ dalam keadaan lupa seperti yang telah dijelaskan.
والسادس الإنزال) وهو خروج المني (عن مباشرة) بلا جماع
6. inzal, yaitu keluar sperma sebab bersentuhan kulit dengan tanpa melakukan jima’
محرماً كان كإخراجه بيده أو غير محرم كإخراجه بيد زوجته أو جاريته
Baik keluar sperma tersebut diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangannya sendiri, atau tidak diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangan istri atau budak perempuannya.
Dengan bahasa “sebab bersentuhan kulit”, mushannif mengecualikan keluarnya sperma sebab mimpi basah, maka secara pasti hal itu tidak bisa membatalkan puasa.
(و) السابع إلى آخر العشرة (الحيض والنفاس والجنون والردة) فمتى طرأ شيء منها في أثناء الصوم أبطله
7. 8. 9. 10. adalah haidl, nifas, gila dan murtad.
Maka barang siapa mengalami hal tersebut di tengah-tengah pelaksanaan puasa, maka hal tersebut membatalkan puasanya.
Kesunahan - Kesunahan Puasa
(وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ)
Di dalam puasa ada tiga perkara yang disunnahkan.
أَحَدُهَا (تَعْجِيْلُ الْفِطْرِ) إِنْ تَحَقَّقَ الصَّائِمُ غُرُوْبَ الشَّمْسِ
1. segera berbuka jika orangyang berpuasa tersebut telah meyaqini terbenamnya matahari.
فَإِنْ شَكَّ فَلَا يُعَجِّلُ الْفِطْرَ
Jika ia masih ragu-ragu, maka tidak diperkenankan segera berbuka.
وَيُسَنُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَإِلاَّ فَمَاءٍ
Disunnahkan untuk berbuka dengan kurma kering. Jika tidak maka dengan air.
(وَ) الثَّانِيْ (تَأْخِيْرُ السَّحُورِ) مَالَمْ يَقَعْ فِيْ شَكٍّ فَلَا يُؤَخِّرُ
2. mengakhirkan sahur selama tidak sampai mengalami keraguan -masuknya waktu Shubuh-. Jika tidak demikian, maka hendaknya tidak mengakhirkan sahur.
وَيَحْصُلُ السَّحُوْرُ بِقَلِيْلِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ
Kesunahan sahur sudah bisa hasil dengan makan dan minum sedikit.
(وَ) الثَّالِثُ (تَرْكُ الْهَجْرِ) أَيِ الْفُحْشِ (مِنَ الْكَلَامِ) الْفَاحِشِ
3. Menjaga perkataan atau tidak berkata kotor.
فَيَصُوْنُ الصَّائِمُ لِسَانَهُ عَنِ الْكَذِبِ وَالْغِيْبَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ كَالشَّتْمِ
Maka orang yang berpuasa hendaknya menjaga lisannya dari berkata bohong, menggunjing orang lain dan sesamanya seperti mencela orang lain.
وَإِنْ شَتَمَهُ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا إِنِّيْ صَائِمٌ
Jika ada seseorang yang mencaci dirinya, maka hendaknya ia berkata dua atau tiga kali,“sesungguhnya aku sedang berpuasa.”
إِمَّا بِلِسَانِهِ كَمَا قَالَ النَّوَوِيُّ فِي الْأَذْكَارِ
Adakalanya mengucapkandengan lisan seperti yang dijelaskan imam an Nawawi di dalam kitab al Adzkar.
أَوْ بِقَلْبِهِ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيِّ عَنِ الْأَئِمَّةِ وَاقْتَصَرَ عَلَيْهِ.
Atau dengan hati sebagaimana yang dinuqil oleh imam ar Rafi’i dari beberapa imam, dan hanya mengucapkan di dalam hati.
Puasa - Puasa Yang Diharamkan
(وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسِ أَيَّامٍ الْعِيْدَانِ) أَيْ صَوْمُ يَوْمِ عِيْدِ الْفِطْرِ وَعِيْدِ الْأَضْحَى
Haram melakukan puasa di dalam lima hari. Yaitu dua hari raya, maksudnya puasa di hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha.
(وَأَيَّامُ التَّشْرِيْقِ)وَهِيَ (الثَّلَاثَةُ) الَّتِيْ بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ
Dan di hari-hari Tasyrik, yaitu tiga hari setelah hari raya kurban
Puasa Yang Makruh Tahrim
(وَيُكْرَهُ) تَحْرِيْمًا (صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ) بِلَا سَبَبٍ يَقْتَضِيْ صَوْمَهُ
Hukumnya makruhtahrim melakukan puasa di hari Syak tanpa ada sebab yang menuntutuntuk melakukan puasa pada hari itu.
وَأَشَارَ الْمُصَنِّفُ لِبَعْضِ صُوَرِ هَذَا السَّبَبِ بِقَوْلِهِ (إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ) فِيْ تَطَوُّعِهِ
Mushannif memberi isyarah pada sebagian contoh-contoh sebab ini dengan perkataan beliau, “kecuali jika kebiasannya melakukan puasa bertepatan dengan hari tersebut”.
كَمَنْ عَادَتُهُ صِيَامُ يَوْمٍ وَإِفْطَارُ يَوْمٍ فَوَافَقَ صَوْمُهُ يَوْمَ الشَّكِّ وَلَهُ صِيَامُ يَوْمِ الشَّكِّ أَيْضًا عَنْ قَضَاءٍ وَنَذْرٍ
Seperti orang yang memiliki kebiasaan puasa satu hari dan tidak puasa satu hari, kemudian giliran puasanya bertepatan dengan hariSyak. Seseorang juga diperkenankan melakukan puasa di hariSyak sebagai pelunasan puasa qadla’ dan puasa nadzar.
وَيَوْمُ الشَّكِّ هُوَ يَوْمُ الثَّلَاثِيْنَ مِنْ شَعْبَانَ إِذَا لَمْ يُرَى الْهِلَالُ لَيْلَتَهَا مَعَ الصَّحْوِ وَ تَحَدَّثَ النَّاسُ بِرُؤْيَتِهِ وَلَمْ يُعْلَمْ عَدْلٌ رَآهُ أَوْ شَهِدَ بِرُؤْيَتِهِ صِبْيَانٌ أَوْ عَبِيْدٌ أَوْ فَسَقَةٌ.
Hari Syak adalah hari tanggal tiga puluh Sya’ban ketika hilal tidak terlihat di malam hari sebelumnya padahal langit dalam keadaan terang, sedangkan orang-orang membicarakan bahwa hilal telah terlihat namun tidak ada orang adil yang diketahui telah melihatnyanya, atau yang bersaksi telah melihatnya adalah anak-anak kecil, budak atau orang-orang fasiq.
Orang Yang Melakukan Jima’ di Siang Hari Bulan Romadlon
وَمَنْ وَطِئَ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ) حَالَ كَوْنِهِ (عَامِدًا فِي الْفَرْجِ) وَهُوَ مُكَلَّفٌ بِالصَّوْمِ وَنَوَى مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ آثِمٌ بِهَذَا الْوَطْءِ لِأَجْلِ الصَّوْمِ(فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَارَةُ
Barang siapa melakukan jima’ di siang hari bulan Romadlon dalam keadaan sengaja melakukannya di bagian farji, dan dia adalah orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan telah niat melakukan puasa di malam harinya serta dia dianggap berdosa melakukan jima’ tersebut karena berpuasa, maka wajib baginya untuk mengqadla’ puasanya dan membayar kafarat.
وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ الْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ
Kafarat tersebut adalah memerdekakan budak mukmin. Dalam sebagian redaksi ada penjelasan“budak yang selamat dari cacat yang bisa mengganggu di dalam bekerja dan beraktifitas.”
فَإِنْ لَمْ يَجِدْ) هَا (فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ) صَوْمَهُمَا (فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا) أَوْفَقِيْرًا
Jika ia tidak menemukan budak, maka wajib melakukan puasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu melakukan puasa dua bulan, maka wajib memberi maka enam puluh orang miskin atau faqir.
(لِكُلِّ مِسْكِيْنٍ مُدٌّ) أَيْ مِمَّا يُجْزِئُ فِيْ صَدَقَةِ الْفِطْرِ
Masing-masing mendapatkan satu mud, maksudnya dari jenis bahan makanan yang bisa mencukupi di dalam zakat fitrah.
فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الْجَمِيْعِ اسْتَقَرَّتِ الْكَفَارَةُ فِيْ ذِمَّتِهِ فَإِذَا قَدَرَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَصْلَةٍ مِنْ خِصَالِ الْكَفَارَةِ فَعَلَهَا
Jika ia tidak mampu melakukan semuanya, maka kafarat tersebut tetap menjadi tanggungannya. Ketika setelah itu ia mampu melakukan salah satunya, maka wajib baginya untuk melakukannya.
Hutang Puasa Hingga Meninggal Dunia
(وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ) فَائِتٌ (مِنْ رَمَضَانَ) بِعُذْرٍ كَمَنْ أَفْطَرَ فِيْهِ لِمَرَضٍ وَلَمْ يَتَمَكَّنْ مِنْ قَضَائِهِ كَأَنِ اسْتَمَرَّ مَرَضُهُ حَتَّى مَاتَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ فِيْ هَذَا الْفَائِتِ وَلَا تُدَارَكُ لَهُ بِالْفِدْيَةِ
Barang siapa meninggal dunia dan masih memiliki hutang puasa Romadlon yang ia tinggalkan sebab udzur seperti orang yang membatalkan puasa sebab sakit dan belum sempat mengqadla’inya semisal sakitnya terus berlanjut hingga ia meninggal dunia, maka tidak ada tanggungan dosa baginya di dalam puasa yang ia tinggalkan ini, dan tidak perlu ditebus dengan fidyah.
وَإِنْ فَاتَ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَمَاتَ قَبْلَ التَّمَكُّنِ مِنْ قَضَائِهِ (أُطْعِمَ عَنْهُ) أَيْ أَخْرَجَ الْوَلِيُّ عَنِ الْمَيِّتِ مِنْ تِرْكَتِهِ (لِكُلِّ يَوْمٍ) فَاتَ (مُدُّ) طَعَامٍ
Jika hutang puasa tersebut bukan karena udzur dan ia meninggal dunia sebelum sempat mengqadla’inya, maka wajib memberikan makanan sebagai ganti dari hutang puasanya. Maksudnya bagi seorang wali wajib mengeluarkan untuk mayat dari harta peninggalannya. Setiap hari yang telah ditinggalkan diganti dengan satu mud bahan makanan.
وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْبَغْدَادِيِّ وَهُوَ بِالْكَيْلِ نِصْفُ قَدَحٍ مِصْرِيٍّ
Satu mud adalah satu rithl lebih sepertiga rithl negara Bagdad. Dan dengan takaran adalah separuh wadah takaran negara Mesir.
وَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ هُوَ الْقَوْلُ الْجَدِيْدُ
Apa yang telah disebutkan oleh mushannif adalah qaul Jadid.
وَالْقَدِيْمُ لَايَتَعَيَّنُ الْإِطعَامُ بَلْ يَجُوْزُ لِلْوَلِيِّ أَيْضًا أَنْ يَصُوْمَ عَنْهُ بَلْ يُسَنُّ لَهُ ذَلِكَ كَمَا فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ
Sedangkan menurut qaul Qadim, tidak harus memberi bahan makanan, bahkan bagi wali juga diperkenankan untuk melakukan puasa sebagai pengganti dari orang yang meninggal, bahkan hal itu disunnahkan bagi seorangwali sebagaimanaketerangan di dalam kitah Syarh al Muhadzdzab.
وَصَوَّبَ فِي الرَّوْضَةِ الْجَزْمَ بِالْقَدِيْمِ
Dan di dalam kitab ar Raudlah, imam an Nawawi membenarkan kemantapan dengan pendapat qaul Qadim.
Lansia dan Orang Sakit Yang Tidak Ada Harapan Sembuh
(وَالشَّيْخُ الْهَرَمُ) وَالْعَجُوْزُ وَالْمَرِيْضُ الَّذِيْ لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ (إِذَا عَجَزَ) كُلٌّ مِنْهُمْ (عَنِ الصَّوْمِ يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدًّا)
Orang laki-laki tua, wanita lansia, dan orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh, ketika masing-masing dari ketiganya tidak mampu untuk berpuasa, maka diperkenankan untuk tidak berpuasa dan memberi bahan makanan sebanyak satu mud sebagai ganti dari setiap harinya.
وَلَايَجُوْزُ تَعْجِيْلُ الْمُدِّ قَبْلَ رَمَضَانَ وَيَجُوْزُ بَعْدَ فَجْرِ كُلِّ يَوْمٍ.
Tidak diperkenankanmenta’jil pembayaran mud sebelum masuk bulan Romadlon, dan baruboleh dibayarkan setelah terbit fajar setiap harinya.
Ibu Hamil dan Menyusui
(وَالْحَامِلُ وَالْمُرْضِعُ إِنْ خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا) ضَرَرًا يَلْحَقُهُمَا بِالصَّوْمِ كَضَرَرِ الْمَرِيْضِ (أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ
Bagi wanita hamil dan menyusui, jika keduanya khawatir terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri sebabberpuasa seperti bahaya yang dialami oleh orang sakit, maka diperkenankan untuk tidak berpuasa dan wajib bagi mereka berdua untuk mengqadla’inya.
وَإِنْ خَافَتَا عَلَى أَوْلَادِهِمَا) أَيْ إِسْقَاطِ الْوَلَدِ فِيْ الْحَامِلِ وَقِلَّةِ اللَّبَنِ فِي الْمُرْضِعِ (أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ) لِلْإِفْطَارِ (وَالْكَفَارَةُ) أَيْضًا
Jika keduanya khawatir pada anaknya, maksudnya khawatir keguguran bagi wanita hamil dan sedikitnya air susu bagi ibu menyusui, maka keduanya diperkenankan tidak berpuasa dan wajib bagi keduanya untuk mengqadla’i sebab membatalkan puasa dan juga membayar kafarat.
وَالْكَفَارَةُ أَنْ يُخْرَجَ (عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ وَهُوَ) كَمَا سَبَقَ (رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ) وَيُعَبَّرُ عَنْهُ بِالْبَغْدَادِيِّ
Kafaratnya adalah setiap harinya wajib mengeluarkan satu mud. Satu mud, seperti yang telah dijelaskan, adalah satu rithl lebih sepertiga rithl negara Iraq. Dan diungkapkan dengan negara Baghdad.
Orang Sakit dan Musafir
(وَالْمَرِيْضُ وَالْمُسَافِرُ سَفَرًا طَوِيْلًا) مُبَاحًا إِنْ تَضَرَّرَا بِالصَّوْمِ (يُفْطِرَانِ وَيَقْضِيَانِ
وَلِلْمَرِيْضِ إِنْ كَانَ مَرَضُهُ مُطْبِقًا تَرْكُ النِّيَةِ مِنَ اللَّيْلِ
Bagi orang sakit, jika sakitnya terus menerus, maka baginya diperkenankan untuk tidak niat berpuasa di malam hari.
وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُطْبِقًا كَمَا لَوْ كَانَ يَحُمَّ وَقْتًا دُوْنَ وَقْتٍ وَكَانَ وَقْتُ الشُّرُوْعِ فِي الصَّوْمِ مَحْمُوْمًا فَلَهُ تَرْكُ النِّيَةِ
Dan jika sakitnya tidak terus menerus, seperti demam dalam satu waktu dan tidak di waktu yang lain, namun di waktu memasuki pelaksanaan puasa (menginjak pagi hari) demamnya kambuh, maka baginya diperkenankan untuk tidak niat berpuasa -di malam hari-.
وَإِلَّا فَعَلَيْهِ النِّيَةُ لَيْلًا فَإِنْ عَادَتِ الْحُمَى وَاحْتَاجَ لِلْفِطْرِ أَفْطَرَ
Jika tidak demikian, maka wajib baginya untuk niat di malam hari. Kemudian jika demamnya kambuh dan ia butuh untuk membatalkan puasa, maka diperkenankan untuk membatalkan puasanya.
Puasa Sunnah
وَسَكَتَ الْمُصَنِّفُ عَنْ صَوْمِ التَّطَوُّعِ وَهُوَ مَذْكُوْرٌ فِي الْمُطَوَّلَاتِ
Mushannif tidak menjelaskan tentang puasa sunnah. Dan puasa sunnah disebutkan di dalam kitab-kitab yang diperluas pembahasannya.
وَمِنْهُ صَوْمُ عَرَفَةَ وَعَاشُوْرَاءَ وَتَاسُوْعَاءَ وَأَيَّامِ الْبِيْضِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ
Di antaranya adalah puasa Arafah, Asyura’, Tasu’a’, Ayyamul Bidl -tanggal 13, 14, 15-, dan puasa enam hari di bulan Syawal
Nah, itulah HUKUM - HUKUM DALAM BERPUASA SUMBER DARI FATHUL QORIB bila ada kesalahan dalam penulisan atau penjelasan mohon di koreksi, terutama pada tulisan arab yang berharokat, untuk harokat belum tentu benar karena saya mengkopasnya, hhe, capek nulisnya, hhhe.kiranya cukup sampai disini semoga bermanfaat dan barokah, terimakasih sudah berkunjung dan jangan lupa share ya.
اخير قولي ثم السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Tidak ada komentar